Penjara Cinta Sang Taipan. Bab 7

 



Bab. 7

Kehidupan liar Arga.


Setelah kepergian Raka dari ruangannya. Arga terlihat mondar-mandir di ruangan miliknya. Seperti ada yang mengganggu pikirannya saat ini.

"Apa kabar dengan gadis itu?" monolognya saat bayangan wajah Bening tiba-tiba terlintas di pikirannya. "Aku harus segera menemuinya!"

Namun, langkah panjang Arga terhenti saat suara sang Mommy kembali terngiang di telinganya.

'Arga tolong jangan biarkan gadis itu tertekan sebelum pernikahan kalian terjadi karena itu akan membuat rencana yang telah kita susun rapi bisa menjadi berantakan. Mommy mohon Sayang. Setelah semua berjalan sesuai dengan rencana, kau bisa melakukan apapun sesuai dengan kehendakmu. Mommy tidak akan melarang!'

"Mommy benar aku harus bisa menahan diri. Gadis itu benar-benar racun!"

Arga pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi untuk meninggalkan ruangan.

"Zalia saya pergi dulu. Batalkan semua jadwal hari ini!" ucap Arga di depan meja sang sekretaris.

"Ba-baik Tuan muda," jawab gadis cantik itu gugup dan kaget karena tiba-tiba saja sang bos sudah berdiri menjulang di depannya.

Arga pun bergegas meninggalkan gedung Ramiro group dengan diiringi tatapan bingung dari Zalia sang sekretaris. Karena heran dengan sikap bosnya itu yang selalu berubah-ubah.

"Enak banget jadi bos main batalin jadwal seenak jidat. Apalah dayaku yang hanya rakyat jelata ini. Untung ganteng!" gerutu Zalia karena bingung memikirkan alasan apa yang akan dibuatnya nanti untuk membatalkan beberapa pertemuan Arga hari ini dengan klien penting. "Astaga aku harus membuat alasan apalagi?"

Zalia pun mendesah pasrah lalu meraih gagang telfon untuk menghubungi beberapa orang terkait dengan perubahan jadwal sang bos.

Sementara di basement gedung Ramiro group di mana mobil Arga telah terparkir.

"Gue bener-bener butuh hiburan saat ini." Arga bergumam pelan setelah duduk di balik kemudi supercar miliknya. Jemarinya tampak lincah memainkan ponsel mahal yang berada di tangannya untuk menghubungi seseorang.

"Halo!" Suara merdu dan terkesan seksi menyahut dari seberang sana setelah menunggu beberapa saat.

"Kita bertemu di tempat biasa sekarang!" Suara serak Arga menginterupsi.

"Tentu Darling, ku tunggu kedatanganmu. Bye," jawab seseorang di seberang sana dengan nada menggoda.

Tut-

Arga langsung memutus sambungan telfonnya dan segera menginjak pedal gas meninggalkan gedung Ramiro group untuk menemui orang yang telah dihubunginya tadi.


Hawa panas di sebuah apartemen mewah begitu terasa, mengalahkan pendingin udara yang ada di ruangan itu. Tepatnya berada di sebuah kamar yang sekarang menjadi saksi bisu pergulatan yang dilakukan oleh dua orang manusia berlainan jenis untuk meraih puncak kenikmatan. Suara desahan dan lenguhan terdengar begitu jelas memenuhi seisi kamar tersebut.

"Fasterrr ...!" ucap Arga kepada perempuan cantik yang berada di atas tubuhnya.

"Of course Darling!" jawab perempuan itu dengan sensual.

Setelah dua jam melakukan pergulatan panas. Arga kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang memandang langit-langit kamar sembari mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.

"Tidak biasanya kau menghubungiku di jam kerja seperti ini, Sayang. Apa kau ada masalah dengan pekerjaanmu?" Perempuan itu bertanya sembari mengusap dada bidang Arga yang masih lembab karena berkeringat akibat kegiatan panas mereka tadi.

Wanita yang menjadi teman ranjang Arga saat ini adalah seorang model dan public figur terkenal yang biasa menghiasi layar kaca karena namanya akhir-akhir ini begitu melejit di rana hiburan tanah air.

"Aku butuh tubuhmu untuk menyegarkan pikiran ku," ujar Arga datar.

"Aku akan selalu ada untuk menghiburmu, Sayang. Hati dan tubuh ku hanya milikmu. Kau bisa mencariku jika membutuhkan kepuasan." Jemari lentik itu terus menelusuri tiap jengkal dada dan perut sixpack Arga.

Senyum menyeringai terbit dari bibir Arga. "Tentu! Kau yang terbaik dalam memberiku kepuasan."

Kedua pasangan dikuasai hawa nafsu itu pun kembali melanjutkan aktifitas panas mereka yang lebih liar tentunya. Untuk meraih puncak nirwana yang selalu menyajikan kenikmatan.


*****

Sedangkan di desa tempat Bening dilahirkan, masih dihebohkan dengan para tetangga yang sibuk mencari keberadaan Bening walaupun kejadiannya hilangnya gadis itu sudah beberapa waktu yang lalu. Karena gadis itu menghilang bak ditelan bumi hanya dalam waktu semalam.

Bahkan Dewi sahabat Bening sampai berkali-kali datang ke rumah gadis itu untuk mempertanyakan keberadaan sahabatnya itu, kepada Sandra walaupun selalu berakhir dengan pengusiran.

"Huh, meskipun kau sudah pergi tetap saja membuatku susah. Dasar anak pembawa sial!" gerutu Sandra setelah menutup pintu dengan sangat kencang setelah kedatangan Dewi entah sudah keberapa kalinya.

Tok ... tok ... tok ...!

"Apa lagi?!" Marah Sandra kepada orang  yang baru saja mengetuk pintu rumahnya. Karena ia pikir yang datang itu Dewi lagi.


"Aku mau bertanya kepadamu sebenarnya ada di mana Bening sekarang?!" Wanita yang datang kali ini adalah Bu Mina tetangga terdekatnya, karena letak rumah mereka yang bersebelahan.

"Aku tidak tahu!" ketus Sandra.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu di mana putri mu berada?!," jawab Bu Mina menahan kesal.

"Aku sudah mengusirnya, jadi aku tidak tau dia di mana dan pergi ke mana. Aku pun tidak  peduli!" jelas Sandra memandang ke arah lain tanpa mau menatap lawan bicaranya.

Hati Bu Mina terasa mencelos mendengar pengakuan Sandra tadi. Ia merasa tak percaya ada seorang Ibu seperti Sandra, karena bagaimana pun juga Bening adalah putri kandung Sandra sendiri.

"Di mana hati nurani mu sebagai seorang Ibu. Kau bahkan tega mengusir darah daging mu sendiri setelah apa yang terjadi padanya. Apa dengan menutup mata dan telinga atas perbuatan bejat suami barumu yang berusaha melecehkan putri kandungmu bisa membuat hidupmu tenang? Seharusnya kau memberi perlindungan kepada anak gadismu itu. Karena masa depannya hampir saja dihancurkan pria kurang ajar yang kau akui sebagai suami. Tidak cukupkah kau mengabaikannya selama ini. Semoga kau bisa mengerti kata-kata ku. Permisi!" Bu Mina pergi meninggalkan Sandra yang masih termenung di tempatnya berdiri setelah mendengar ucapan tetangganya tadi.

"Tunggu!" Suara Sandra menghentikan langkah Bu Mina yang hampir mencapai pintu.

"Apapun yang terjadi di antara aku dan putriku bukan urusanmu. Bukankah pria yang kau bilang tadi sekarang sudah mendekam di penjara atas ulah kalian semua!"

Bu Mina membalikkan tubuhnya menghadap Sandra dan berkata-

"Manusia binatang sepertinya memang pantas membusuk di penjara! Apa kau masih akan tetap membela suami yang jelas-jelas bersalah itu? Dan satu lagi, Bening memang putrimu tapi apa kau menganggapnya selama ini? Tidak bukan. Jadi apapun yang terjadi dengan Bening akan menjadi urusan kita semua, orang yang menyayanginya!"

"Jangan sebut lelaki itu suamiku. Aku sudah menceraikannya!"

"Bagus kalo kau sudah mengerti kesalahanmu itu. Seharusnya kau tidak pernah membawa bajingan itu ke desa ini jika hanya membawa petaka!"

"Kau?!"

"Permisi!"

Aggghhhhh!!!

Terdengar suara teriakan Sandra dari dalam rumahnya kemudian disusul dengan suara benda-benda yang sengaja dilemparkan. Setelah kepergian Bu Mina dari rumah Sandra.

0 Comments